Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
Nama : Ajie Pratama NPM: P2.31.33.01.13.003
Konsep (OTW) Orang, Waktu, Dan Tempat
dalam Ilmu Epidemiologi
Dalam studi epidemiologi,
ada dua kegiatan pokok dan terpisah yang harus dilakukan. Pertama, adalah studi
terhadap jumlah dan distribusi penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, dan
kematian dalam populasi. Untuk melakukan studi ini, ahli epidemiologi harus
mengakaji semua aspek waktu, tempat, dan orang. Pengkajian rinci terhadap
setiap elemen tersebut dilakukan dan dianalisis dalam studi epidemiologi
deskriptif.
A. Person (Orang)
Banyak fokus kita ketahui
bahwa epidemiologi yang ditujukan pada aspek orang dalam hal penyakit,
ketidakmampuan, cedera, dan kematian. Studi epidemiologi umumnya berfokus pada
beberapa karakteristik demografi utama dari aspek manusia yaitu usia, jenis kelamin,
ras/etnik, status perkawinan, pekerjaan, dan lain-lain.
1. Usia
Variabel usia merupakan
hal yang penting karena semua rate morbiditas dan rate mortalitas yang
dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan usia. Usia termasuk variabel penting
dalam mempelajari suatu masalah kesehatan karena:
a. Ada kaitannya dengan daya tahan
tubuh
Pada umumnya daya tahan tubuh orang
dewasa lebih kuat daripada bayi dan anak-anak.
b. Ada kaitannya dengan ancaman
terhadap kesehatan
Orang dewasa yang karena pekerjaannya
ada kemungkinan menghadapi ancaman penyakit lebih berat dari pada ank-anak.
c. Ada kaitannya dengan kebiasaan
hidup
Dibandingkan anak-anak, orang dewasa
yang karena kebiasaan hidupnya ada kemungkinan terkena penyakit akibat
kesalahan kebiasaan hidup tersebut.
Adanya perbedaan penyebaran penyakit
di setiap kelompok usia disebabkan oleh:
a. Adanya faktor tertentu pada
kelompok usia tersebut yang menyebabkan mereka mudah terserang. Misalnya,
campak pada anak-anak. Kesimpulannnya anak-anak tidak mempunyai kekebalan
terhadap campak.
b. Adanya faktor tertentu pada
kelompok usia lain yang menyebabkan mereka sulit terserang. Misalnya campak
jarang ditemkan pada orang dewasa. Kesimpulannnya orang dewasa mempunyai
kekebalan terhadap campak.
c. Adanya peristiwa tertentu yang
pernah dialami oleh kelompok umur tertentu. Misalnya TBC paru banyak ditemukan
pada penduduk berumur 20 tahun ke atas. Kesimpulannya imunisasi BCG baru
berjalan baik sejak 20 tahun yang lalu.
a. Hubungan umur dengan mortalitas
Walaupun secara umum
kematian dapat terjadi pada setiap golongan usia tetapi dari berbagai catatan
diketahui bahwa frekuansi kematian pada setiap golongan usia berbeda-beda,
yaitu kematian tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5 tahun dan kematian
terendah terletak pada golongan umur 15-25 tahun dan akan meningkat lagi pada
umur 40 tahun ke atas.
Dari gambaran tersebut
dapat dikatakan bahwa secara umum kematian akan meningkat dengan meningkatnya
umur. Hal ini disebabkan berbagai faktor, yaitu pengalaman terpapar oleh faktor
penyebab penyakit, faktor pekerjaan, kebiasaan hidup atau terjadinya perubahan
dalam kekebalan.
b. Hubungan Usia dengan Morbididtas
Kita ketahui bahwa pada
hakikatnya suatu penyakit dapat menyerang setiap orang pada semua golongan umur,
tetapi ada penyakit-penyakit tertentu yang lebih banyak menyerang golongan usia
tertentu. Penyakit-penyakit kronis mempunyai kecendrungan meningkat dengan
bertambahnya umur, sedangkan penyakit-penyakit akut tidak mempunyai suatu
kecendrungan yang jelas.
Anak berumur 1-5 tahun
lebih banyak terkena infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA). Ini
disebabkan perlindungan kekebalan yang diperoleh dari ibu yang melahirkannya
hanya sampai pada 6 bulan pertama setelah melahirkan, sedangkan setelah itu
kekebalan menghilang dan ISPA mulai menunjukkkan peningkatan.
Sebelum ditemukan vaksin,
banyak terjadi pada anak-anak berumur muda, tetapi setelah program imunisasi
dijalankan, umur penderita bergeser ke umur yang lebih tua. Walaupun program
imunisasi telah lama dijalankan di Indonesia, tetapi karena kesadaran dan
pengetahuan masyarakat yan masih rendah terutama di daerah pedesaan sering kali
target cakupan imunisasi tidak tercapai yang berarti masih banyak anak atau
bayi yang tidak mendapatkan imunisasi. Gambaran ini tidak hanya terjadi pada
negara-negara berkembang seperti Indonesia, tetapi terjadi juga pada negara
maju.
Penyakit kronis seperti
hipertensi, penyakit jantung koroner, dan karsinoma lebih banyak menyerang
orang dewasa dan lanjut usia, sedangkan penyakit kelamin, AIDS, kecelakaan lalu
lintas, penyalahgunaan obat terlarang banyak terjadi pada golongan usia
produktif yaitu remaja dan dewasa. Hubungan antara usia dan penyakit tidak
hanya pada frekuensinya saja, tetapi pada tingkat beratnya penyakit, misalnya
stapilococcus dan eschericia coli akan menjadi lebih berat bila menyerang bayi
daripada golongan umur lain karena bayi masih sangat rentan terhadap infeksi.
c. Hubungan Tingkat Perkembangan
Manusia Dengan Morbiditas
Dalam perkembangan secara
alamiah, manusia mulai dari sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya senantiasa
mengalami perubahan baik fisik maupun psikis. Secara garis besar, perkembangan
manusia secara alamiah dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase bayi dan
anak-anak, fase remaja dan dewasa muda, fase dewasa dan lanjut usia.
Dalam setiap fase
perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan dalam pola distribusi dan
frekuensi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan terjadinya perubahan dalam
kebiasaan hidup, kekebalan, dan faal.
2. Jenis Kelamin
Hubungan Penyakit Dengan Jenis
Kelamin
Secara umum, setiap
penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan, tetapi pada
beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan.
Hal ini antara lain disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, kesadaran
berobat, perbedaan kemampuan atau kriteria diagnostik beberapa penyakit,
genetika atau kondisi fisiologis. Penyakit-penyakit yang lebih banyak menyerang
perempuan daripada laki-laki antara lain:
1. Tireotoksikosis
2. Diabetes melitus
3. Obesitas
4. Kolesisitis
5. Rematoid artritis
Selain itu, terdapat pula
penyakit yang hanya menyerang perempuan, yaitu penyakit yang berkaitan dengan
organ tubuh perempuan seperti karsinoma uterus, karsinoma mamae, karsinoam
serviks, kista ovarii, dan adneksitis. Penyakit-penyakit yang lebih banyak
menyerang laki-laki daripada perempuan antara lain:
1. Penyakit jantung koroner
2. Infark miokard
3. Karsinoma paru
4. Hernia inguinalis
Selain itu, terdapat pula penyakit
yang hanya menyerang laki-laki seperti karsinoma penis, orsitis, hipertrofi
prostat, dan karsinoma prostat.
3. Suku Bangsa
Suku bangsa atau golongan
etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu populasi yang memiliki kebiasaan
atau sifat biologis yang sama. Walaupun klasifikasi penyakit berdasarkan suku
bangsa sulit dilakukan baik secara praktis maupun secara konseptual, tetapi
karena terdapat perbedaan yang besar dalam frekuensi dan beratnya penyakit
diantara suku bangsa maka dibuat klasifikasi walaupun kontroversi. Pada umumnya
penyakit yang berhubungan dengan suku bangsa berkaitan dengan faktor genetik
atau faktor lingkungan, misalnya:
1. Penyakit sickle cell anemia
2. Hemofilia
3. Kelainan biokimia sperti glukosa 6
fosfatase
4. Karsinoma lambung
Disamping ketiga fakor yang telah
diuraikan di atas terdapat pula faktor-faktor lain yang berkaitan dengan
variabel “orang”, yaitu:
1. Sosial ekonomi
2. Budaya/agama
3. Pekerjaan
4. Status marital
5. Golongan darah
6. Infeksi alamiah
7. Kepribadian
4. Sosial ekonomi
Terdapatnya perbedaan penyebaran
masalah kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor:
a. Perbedaan kemampuan ekonomi dalam
mencegah atau mengobati penyakit.
b. Perbedaan sikap hidup dan perilaku
yang dimiliki.
Keadaan sosial ekonomi
merupakan faktor yang mempengaruhi frekuensi distribusi penyakit tertentu,
misalnya TBC, infeksi akut gastrointestinal, ISPA, anemia, melnutrisi, dan
penyakit parasit yang banyak terdapat pada penduduk golongan sosial ekonomi
rendah. Penyakit jantung koroner, hipertensi, obesitas, kadar kolesterol
tinggi, dan infark miokard yang banyak terdapat pada penduduk golongan sosial
ekonomi yang tinggi.
5. Budaya/agama
Dalam beberapa hal
terdapat hubungan antara kebudayaan masyarakat atau agama dengan frekuensi
penyakit tertentu, misalnya:
1. Balanitis, karsnoam penis banyak
terdapat pada orang yang tidak melakukan sirkumsisi disertai dengan higiene
perorangan yang jelek.
2. Trisinensis jarang terdapat pada
orang Islam dan orang Yahudi karena mereka tidak memakan babi.
3. Kelainan fungsi hati jarang
ditemukan pada pemeluk agama islam karena ajaran agama islam tidak membenarkan
meminum alkohol.
6. Pekerjaan
Berbagai jenis pekerjaan
akan berpengaruh pada frekuensi dan distirbusi penyakit. Hal ini disebabkan
sebagian hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan dengan berbagai suasana dan
lingkungan yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang berhubungan dengan bahan
fisika, panas, bising, dan kimia seperti pekerja pabrik asbes yang banyak
menderita karsinoma paru dan gastrointestinal serta mesotelioma, sedangkan
fibrosis paru banyak terdapat pada pekerja yang terpapar oleh silikon bebas,
atau zat radioaktif seperti petugas di bagian radiologi dan kedokteran nuklir.
Pekerja di bidang
pertambangan, konstruksi bangunan atau pertanian, dan pengemudi kendaraan
bermotor mempunyai risiko yang lebih beasr untuk mengalami trauma atau
kecelakaan dibandingkan dengan pekerja kantor.
Pada dasarnya hubungan antara
pekerjaan dengan masalah kesehatan disebabkan oleh:
a. Adanya risiko pekerjaan
Setiap pekerjaan
mempunyai risiko tertentu dan karena itulah macam penyakit yang dideritanya
akan berbeda pula. Misalnya buruh berisiko lebih besar terkena penyakit
silikosis.
b. Adanya seleksi alamiah dalam
memilih pekerjaan
Seseorang yang betrubuh
lemah secara naluriah menghindari macam pekerjaan fisik yang berat, demikian
sebaliknya yang bertubuh kuat.
c. Adanya perbedaan status sosial
ekonomi
Perbedaan pekerjaan
menyebabkan perbedaan status sosial ekonomi sehigga menyebabkan perbedaan
penyakit yang dideritanya.
7. Status Marital
Adanya hubungan antara
status marital dengan frekuensi distribusi morbiditas telah lama diketahui,
tetapi penyebab pastinya belum diketahui. Ada yang berpendapat bahwa hubungan
status marital dengan morbiditas dikaitkan dengan faktor psikis, emosional, dan
hormonal atau berkaitan dengan kehidupan seksual, kehamilan, melahirkan, dan
laktasi.
Lebih banyak ditemukan
pada perempuan yang tidak menikah dibandingkan dengan perempuan yang menikah,
sebaliknya karsinom serviks lebih banyak ditemukan pada perempuan yang menikah
daripada yang tidak menikah atau menikah pada usia yang sangat muda atau sering
berganti pasangan. Kehamilan dan persalinan merupakan merupakan faktor risiko
terjadinya eklamsia dan praeklamsia yang dapat menyebabkan kematian ibu. Angka
kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain.
8. Golongan Darah ABO
Golongan darah juga dapat
mempengaruhi insidensi suatu penyakit, misalnya orang-orang dengan golongan
darah A meningkatkan risiko terserang karsinoma lambung, sedangkan golongan
darah O lebih banyak terkena ulkus duodeni.
B. Time (Waktu)
Variabel waktu merupakan
faktor kedua yang harus diperhatikan ketika melakukan analisis morbiditas dalam
studi epideiologi karena pencatatan dan laporan insidensi dan prevalensi
penyakit selalu didasarkan waktu, apakah mingguan, bulanan atau tahunan.
Laporan morbiditas ini
menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi karena didasarkan pada
kejadian yang nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau estimasi. Selain itu
dengan pencatatan dan laporan morbiditas dapat diketahui adanya
perubahan-perubahan insidensi dan prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat
digunakan untuk menyusun perencanaan dan penanggulangan masalah kesehatan.
Mempelajari morbiditas
berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui hubungan antara waktu dan
insiden penyakit atau fenomena lain, misalnya penyebaran penyakit saluran
pernapasan yang terjadi pada waktu malam hari karena terjadinya perubahan
kelembaban udara atau kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar terjadi pada
waktu malam hari.
Pengetahuan tentang penyebaran
masalah kesehatan menurut waktu akan membantu dalam memahami:
a. Kecepatan perjalanan penyakit
Apabila suatu penyakit
dalam waktu yang singkat menyebar dengan pesat, berarti perjalanan penyakit
tersebut berlangsung cepat.
b. Lama terjangkitnya suatu penyakit
Lama terjangkitnya suatu
penyakit dapat pula diketahui dari penyebaran penyakit menurut waktu, yakni
dengan memanfaatkan keterangan tentang waktu terjangkitnya penyakit dan
keterangan tentang waktu lenyapnya penyakit tersebut.
Penyebaran masalah kesehatan menurut
waktu dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
a. Sifat penyakit yang ditemukan
Secara umum disebutkan
bahwa penyakit infeksi lebih cepat menyebar daripada penyakit bukan infeksi.
Hal yang berperan di sini adalah sifat bibit penyakit yang ditemukan yang
dibedakan atas patogenisiti, virulensi, antigenisiti, dan infektiviti.
b. Keadaan tempat terjangkitnya
penyakit
Untuk penyakit infeksi
keadaan yang paling penting adalah yang menyangkut ada tidaknya reservoir bibit
penyakit, yang jika dikaitkan dengan keadaan tempat terjangkitnya penyakit
disebut dengan nama environmental reservoir yakni lingkungan alam di sekitar
manusia.
c. Keadaan penduduk
Penyebaran masalah
kesehatan menurut waktu juga dipengaruhi oleh keadaan penduduk, baik yang
menyangkut ciri-ciri manusianya dan ataupun yang menyangkut jumlah dan
penyebaran penduduk tersebut.
d. Keadaan pelayanan kesehatan yang
tersedia
Jika keadaan pelayanan
kesehatan baik, maka penyebaran suatu masalah kesehatan dapat dicegah sehingga
waktu terjangkitnya penyakit dapat diperpendek.
Fluktuasi insiden penyakit yang
diketahui terdiri dari:
1. Variasi Jangka Pendek
a. Sporadis
Kejadian ini relatif
berlangsung singkat, umumnya berlangsung di beberpa tempat, dan pada waktu
pengamatan masing-masing kejadian tidak saling berhubungan, misalnya dalam
proses penyebarannya. Contoh: penyebaran penyakit DHF
b. Endemis
Penyakit menular yang
terus menerus terjadi di suatu tempat atau prevalensi suatu penyakit yang
biasanya terdapat di suau tempat.
c. Pandemis
Penyakit yang
berjangkit/menjalar ke beberapa negara atau seluruh benua. Misalnya: Flu
(1914), Kholera (1940), AIDS (1980), SARS (2003).
d. Epidemis
Kenaikan kejadian suatu
penyakit yang berlangsung secara cepat dan dalam jumlah yang secara bermakna
melebihi insidens yang diperkirakan.
2. Variasi Berkala
a. Kecendrungan sekuler (secular
trend)
Kecendrungan sekuler
ialah terjadinya perubahan penyakit atau KLB dalam waktu yang lama. Lamanya
waktu dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa. Kecendrungan sekuler
dapat terjadi pada penyakit menular maupun penyakit infeksi nonmenular.
Misalnya, terjadinya pergeseran pola penyakit menular ke penyakit yang tidak
menular yang terjadi di negara maju pada beberapa dasawarsa terakhir.
Pengetahuan tentang perubahan
tersebut dapat digunakan dalam penilaian keberhasilan upaya pemberantasan dan
pencegahan penyakit. Kecendrungan sekuler juga dapat digunakan unuk mengetahui
perubahan yang terjadi pada mortalitas.
Dalam mempelajari
kecendrungan sekuler tentang mortalitas, harus dikaitkan dengan sejauh mana
perubahan insiden dan sejauh mana perubahan tersebut menggambarkan kelangsungan
hidup penderita.
Angka kematian akan
sejalan dengan angka insiden (insidence rate) pada penyakit yang fatal dan bila
kematian terjadi tidak lama setelah diagnosis, misalnya karsinoma paru-paru,
karena memenuhi kriteria di atas.
b. Variasi siklik
Variasi siklik ialah
terulangnya kejadian penyakit setelah beberapa tahun, tergantung dari jenis
penyakitnya, misalnya epidemi campak biasanya berulang setelah 2-3 tahun
kemudian. Variasi siklik biasanya terjadi pada penyakit menular karena penyakit
noninfeksi tidak mempunyai variasi siklik.
c. Variasi musim
Variasi musim ialah
terulangnya perubahan frekuensi insidensi dan prevalensi penyakit yang terjadi
dalam 1 tahun. Dalam mempelajari morbiditas dan mortalitas, variasi musim
merupakan salah satu hal yang sangat penting karena siklus penyakit terjadi
sesuai dengan perubahan musim dan berulang setiap tahun.
Variasi musim sangat
penting dalam menganalisis data epidemiologi tentang kejadian luar biasa untuk
menentukan peningkatan insidensi suatu penyakit yang diakibatkan variasi musim
atau memang terjadinya epidemi. Bila adanya variasi musim tidak diperhatikan,
kita dapat menarik kesimpulan yang salah tentang timbulnya KLB.
Disamping itu,
pengetahuan tentang variasi musim juga dibutuhkan pada penelitian epidemiologi
karena penelitian yang dilakukan pada musim yang berbeda akan menghasilkan
frekuensi distribusi penyakit yang berbeda pula. Penyakit-penyakit yang
mempunyai variasi musim antara lain: diare, influenza, dan tifus abdominalis.
Beberapa ahli memasukkan
variasi musim ke dalam variasi siklik karena terjadinya berulang, tetapi di
sini dipisahkan karena pada variasi musim, terulangnya perubahan insidensi
penyakit dalam waktu yang pendek sesuai dengan perubahan musim, sedangkan pada
variasi siklik fluktuasi perubahan insiden penyakit terjadi lebih lama yaitu
suatu penyakit dapat terulang 1 atau 2 tahun sekali.
d. Variasi random
Variasi random diartikan
sebagai terjadinya epidemi yang tidak dapat diramalkan sebelumnya, misalnya
epidemi yang terjadi karena adanya bencana alam seperti banjir dan gempa bumi.
C. Place (Tempat)
Variabel tempat merupakan
salah satu variabel penting dalam epidemiologi deskriptif karena pengetahuan
tentang tempat atau lokasi KLB atau lokasi penyakit- penyakit endemis sangat
dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran berbagai penyakit
di suatu wilayah sehingga dari keterangan yang diperoleh akan diketahui:
a. Jumlah dan jenis masalah kesehatan
yang ditemukan di suatu daerah.
b. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah kesehatan di suatu daerah.
c. Keterangan tentang faktor penyebab
timbulnya masalah kesehatan di suatu daerah.
Batas suatu wilayah dapat ditentukan
berdasarkan:
1. Geografis
Ditentukan berdasarkan
alamiah, administratif atau fisik, institusi, dan instansi. Dengan batas
alamiah dapat dibedakan negara yang beriklim tropis, subtropis, dan negara
dengan empat musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan tersebut
mengakibatkan perbedaan dalam pola penyakit baik distribusi frekuensi penyakit
maupun jenis penyakit. Dari batas administratif dapat ditentukan batas
propinsi, kabupaten, kecamatan atau desa dengan sungai, jalan kereta api,
jembatan dan lainnya sebagai batas fisik.
2. Batas institusi
Dapat berupa industri, sekolah atau
kantor, dan lainnya sesuai dengan timbulnya masalah kesehatan.
Contoh kejadian penyakit berdasarkan
tempat yaitu:
a. TBC, pada daerah penduduk padat
dengan sosial ekonomi rendah
b. Cholera, pada daerah penduduk padat dengan
linkungan jelek
c. Asbestosis, pada pekerja pabrik
asbes.
Penyebaran masalah kesehatan menurut
tempat, secara umum terdiri dari:
1. Penyebaran satu wilayah
Masalah kesehatan hanya
ditemukan di satu wilayah saja. Batasan wilayah yang dimaksudkan tergantung
dari sistem kepemerintahan yang dianut. Misalnya satu kecamatan saja, satu
kelurahan saja, dsb. Pembagian menurut wilayah yang sering dipergunakan adalah
desa dan kota.
2. Penyebaran beberapa wilayah
Penyebaran beberapa
wilayah tergantung dari sistem kepemerintahan yang dianut. Misalnya beberapa
kecamatan saja, beberapa kelurahan saja, dsb.
3. Penyebaran satu negara (nasional)
Masalah kesehatan ditemukan di semua
wilayah negara tersebut.
4. Penyebaran beberapa negara
(regional)
Masalah kesehatan dapat menyebar ke
beberapa negara. Masuk atau tidaknya suatu penyakit ke suatu negara dipengaruhi
oleh faktor:
a. Keadaan geografis negara tersebut
dalam arti apakah ditemukan keadaan-keadaan geografis tertentu yang menyebabkan
suatu penyakit dapat terjangkit atau tidak di negara tersebut.
b. Hubungan komunikasi yang dimiliki,
dalam arti apakah letak negara tersebut berdekatan dengan negara yang
terjangkit penyakit, bagaiman sistem transportasi antar negara, hubungan antar
penduduk, apakah egara tersebut terbuka untuk penduduk yang berkunjung dan
menetap, dsb.
c. Peraturan perundangan yang
berlaku, khususnya dalam bidang kesehatan.
5. Penyebaran banyak negara
(internasional)
Masalah kesehatan ditemukan di banyak
negara, yang pada saat ini dengan kemajuan sistem komunikasi dan transportasi
amat sering terjadi.
Kepustakaan:
Azwar, azrul.1999. Pengantar
Epidemologi. Jakarta: Binarupa Aksara
Budiarto, eko dkk. 2003. Pengantar
Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kasjomo, Subaris Heru dkk. 2008.
Intisari Epidemiologi. Jakarta: Mitra Cendikia Press
Timmreck, Thomas C. dkk. 2005.
Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
0 komentar:
Posting Komentar